konon hidup tidak ada 'Siaran Ulang', coz 'Siaran tunda we lah'

Friday 4 September 2009

Islam ala 'Cafetaria'

Ada cerita tentang seorang anak laki-laki, kedua orang tua anak itu selalu mengajarkan kepadanya, bahwa tidak perlu dia memperdalam dan berprestasi dalam agama. Untuk kegiatan beragama, cukuplah dengan sekedar mengikuti atau meniru dari orang secara biasa saja, toh lama-lama juga nanti tau dan bisa. Jadi, belajar agama dengan sungguh-sungguh dianggapnya kurang perlu. Untuk kegiatan ibadah, keduanya mengajarkan, cukuplah yg wajib2nya saja seperti sholat 5 waktu dan shaum ramadhan, yang lain apalagi perkara sunnah, tidak perlulah dipaksakan untuk menjalankannya. Intinya, bekal agama (ibadah) itu asal cukup saja untuk memenuhi 'KEBUTUHAN' sebagai kewajiban makhluk, bukan merupakan 'KEINGINAN' dari makhluk terhadap Rabb-nya.

Akan tetapi, untuk urusan pendidikan umum(dunia) kedua orang tua itu sangat menekankan kepada anaknya untuk mencari dan belajar dengan sungguh-sungguh, serta harus mencapai prestasi yang memuaskan. Tidak heran, oleh karenanya sang anak selalu saja menjadi yang terdepan dan berprestasi mulai dari SD, SMP, SMA, bahkan ketika masuk di perguruan tinggi (Teknik Elektro) yang ada lambang gajah duduknya, sering dikirim mengikuti perlombaan dan juara, serta lulus dengan predikat cum laude. Setelah luluspun, dia diterima bekerja dengan mudah di Telkom Bandung.

Suatu saat, ketika sedang berada di sebuah masjid, sang anak yang sudah menjadi seorang pemuda dewasa ditanyai oleh seseorang. Orang ini sering memperhatikan pemuda tersebut, setiap ia membawakan khutbah jumat di masjid itu dan juga peng-khutbah lain, sering ia mendapati pemuda tersebut terisak-isak. sehingga pada suatu kesempatan, ia langsung bertanya kepada sang pemuda karena iapun sangat kenal terhadap sosok tersebut. Semenjak kuliah, sampai bekerja sekarang pemuda ini tinggal mengontrak di rumah miliknya.

"Wahai anak muda, aku perhatikan setiap kau mendengarkan khutbah jumat di masjid ini, sering kudapati kau meangis terisak-isak. Apa yang menyebabkan hal yang demikian?", Tanya sang Imam masjid.

Pemuda itupun menjawab; "Sungguh aku sangat menyesal karena selama ini telah menyia-nyiakan banyak waktu yang aku miliki. Aku tidak pernah belajar agama dengan benar dan sungguh-sungguh. Aku lebih mengutamakan belajar ilmu yang bersifat duniawi. Ingin rasanya saya berdiri di depan, di atas mimbar untuk berbagi ilmu. Namun, membaca Al-quran saja aku tidak pernah, bahkan tidak bisa. Rasanya ilmu yang saya punya hanya sia-sia. Sungguh saya akan sangat bangga jika bisa berbagi ilmu agama seperti Bapak."

Hidup berislam laksana di 'Cafetaria'. Semua manusia bebas memilih serta menentukan tujuan hidupnya, sesuai kehendak hatinya. Akan tetapi kita mungkin perlu menyimak sebuah hadits (mohon koreksi kalo salah redaksinya) kira-kira sebagai berikut;

Suatu ketika Rasulullah SAW didatangi oleh malaikat Jibril, kemudian Ia mengajukan beberapa pernyataan kepada Muhammad:

"Hai Muhammad, silahkan kamu berbuat sekehendak hatimu. Namun kamu harus ingat akan datang kematian kepadamu".,

Kemudian Jibril berkata lagi:
"Hai Muhammad, Ssilahkan kamu mencintai dengan sebesae-besarnya cinta (dunia). Namun kamu harus ingat, dia ada batasnya di dunia".,

Lalu Jibril berkata lagi:
"Hai Muhammad, silakan kamu berbuat sekehendak hatimu. Namun kamu harus ingat, Allah akan membalasnya nanti".


Umat muslim yang hidupnya ala di 'cafetaria' mungkin mesti mengingat hadits tersebut. Rambu-rambu yang sering terlupakan, hingga kebebasannya berlebihan. Na'udzubillah...

Lalu apakah sebenarnya tujuan hidup manusia di dunia? Tidaklah lain hanya 'KEMATIAN'.

Wallahu a'lam bishowab-

*Just sharing aja, moga saja bermanfaat dan yang penting bisa bikin "FULL" ibadah qita di bulan Justify Fullramadhan ini...

- Ditulis kembali dari khutbah Jum'at masjid Al-Muntsyir-Bandung, 14 Ramadhan 1430 H -