konon hidup tidak ada 'Siaran Ulang', coz 'Siaran tunda we lah'

Friday 11 September 2009

Mengawali Kisah Hidup di Malam Seribu Kebaikan


Melanjutkan tulisan saya sebelumnya tentang "Islam ala 'Cafetaria'", tidak diragukan lagi bahwa memang Islam sangat memberi kebebasan terhadap umatnya dalam melakukan sesuatu, termasuk dalam hal ibadah. Sebagai manusia tentunya kita sudah familiar dengan istilah qadha & qadhar; sesuatu yang sudah ditetapkan dari sebelum kita lahir dan ketetapan/kenyataan yang terjada sebenarnya di dunia.

Jika dihubungkan keduanya, maka akan ada korelasi antara tulisan saya sebelumnya "Islam ala 'Cafetaria'" dengan istilah qadha & qadhar. Dalam Islam ala 'Cafetaria', manusia diberi kebebasan untuk menentukan tujuan hidupnya (jalan yang ia akan tempuh) tentunya dengan rambu-rambu tertentu, sedangkan dalam ketetapan qadha dan qadhar juga demikian yaitu untuk ketetapan yang akan terjadi (qadhar) bisa saja berbeda dengan sebelumnya (qadha) tergantung dari manusia yang menerimanya. Perbedaan itu dimungkinkan, karena manusia memiliki akal dan nafsu.

Pada binatang, misalkan saja seekor singa, qodho yang dimilikinya adalah memakan daging, maka ketika dia hidup tidak mungkin dia menjadi vegetarian. Artinya antara qadha dan qadhar-nya sama, tidak berubah. Sedangkan untuk manusia, qadha-nya adalah misalnya harus memakan makanan halal. Akan tetapi pada kenytaannya banyak diantara manusia yang memakan makanan haram. Jadi antara qadha & qadhar bisa saja berubah pada manusia, sedangkan untuk makhluk selain manusia adalah sama (tidak berubah).

Karena qadhar (ketetapan yang belum terjadi) dapat berubah pada manusia, maka ia bisa saja menjadi lebih baik atau buruk. Dan qadhar itu berkaitan erat dengan Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan), karena setiap ketetapan manusia yang berkaitan dengan qadha & qadhar-nya akan direvisi/dievaluasi pada malam itu (kalau gak salah ada ayat atau hadits-nya tapi saya lupa). Saat itulah kesempatan kita untuk memperbaiki ketetapan 'qadhar' kita, yang mudah-mudahan harapannya adalah menjadi lebih baik lagi, bukan sebaliknya. Sesuatu yang dapat merubah takdir kita adalah dengan kekuatan doa, seperti firman-Nya:

"Dan dialah yang menerima Taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan," (As Syura : 25)

Dalam ayat lain juga disebutkan:
"Berdoalah kepada-Ku(Allah), niscaya akan Aku kabulkan"

Doa yang sering diucapkan tatkala pada malam 10 terakhir Ramadhan, untuk mendapatkan kebaikan dalam 'qadhar' kita selanjutnya;


Doa malam Lailatul Qadr


Sungguh beruntung orang-orang yang berkesempatan waktu untuk melakukan i'tikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan serta beribadah (berdzikir) kepada Allah, karena ribuan malaikat yang dipimpin oleh Ruhul Qudus (malaikat Jibril) akan mendoakan manusia yang beribadah pada malam lailatul qadr.

Mumpung baru hari ke-21, masih ada kesempatan untuk mengharap malam seribu kebaikan dan meningkatkan ibadah kita di akhir Ramadhan.

Q.S. Al-Qadr:1-5

1. Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Lailatul-Qadar,
2. Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul-Qadar itu?
3. Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan.
4. Pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut);
5. Sejahteralah Malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!

Wallahu a'lam, semoga Allah selalu melimpahkan kebaikan kepada kita,.


-Ramadhan 21, 1430H-

Sunday 6 September 2009

Sepenggal Nukilan untuk Silaturahim yang Penuh Makna, - "Fata'ers".


"Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (Silaturahim), dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk." (QS. Ar-Ra'd:21)


Fatahillah Tempo Doeloe 1

Di pagi hari ba'da subuh 15 Ramadhan 1430H, tiba-tiba HP saya berbunyi, dan setelah saya cek ternyata ada pesan yang masuk inbox nomer saya. Setelah saya buka, disitu tertulis:

Messege Received 05:08:07 am, 06-09-2009, size 1,5 kB

'Alhamdulillah.. Subhanallah, atas ijinNya qt bs btemu slg silaturahim.singkat namun padat sarat makna,meski blm puas msh ingin btmu.barakallah. Mksh..__.. udh dtg, mksh udah brbbagi kisah&inspirasi,mksh sdh bbagi kasih. ___________ .......... dan seterusnya....
jzkllh khair....

Ternyata itu sms dr seorang sahabat Fata yang memang sering sekali mengingatkan. Tadinya saya jg ga kepikiran buat nulis ini. Tapi karena ada sms itu jd terinfirasi buat nulis. Di awali dr sms itulah saya akhirnya nulis ini.

Ramadhan 14, 1430H (05 September 2009) sekitar menjelang pukul 17.00 sore at Taman Ganesha;

Saya nyampe di tempat itu bersamaan dengan seorang sahabat yang bisa dibilang masih penganten baru - ya karena emang lepas membujangnya belum begitu lama, baru sekitar 2 - 3 bulan saja- :D (Fata'ers tau sendirilah siapa lagi kalo bukan.... Abi Uzzy - karena emang mau dipanggilnya gitu cenah ama istrinya., eh bener ga Zy? Saat itu di ujung barat taman ganesha, seberang sebuah kolam sudah terlihat seorang akhwat, sahabat Fata lainnya dengan dua buah tiker yg sudah berjejer rapih. Teringat saat pembinaan adik-adik dulu saat Ahad pagi. Ya dia adalah Yuldi yg kebetulan wktu itu paling rajin (sambil bergelut dgn sebuah buku digenggamannya) :p , atau kita sering jg memanggilnya Ais, krn dulu pas PCP saat perkenalan, nama yang ia sebutkan itu,... dan pengumuman...; beliau baru lulus S1 loh..,,, 'Barakallah,,... selamat ya...'.
Saat itu juga kami bertemu dengan sobat Fata yang lain, Egnes sehingga kami bertiga bersamaan datang ke tempat tiker yang sudah tersedia.

Sesaat setelah berada di atas tiker untuk duduk, tiba2 Egnes bareng Ais pamit katanya mau ke ATM yang ada di depan ITB dulu, sedangkan orang yg berada di sebelah saya jg ikut2an pamit, bilangnya mau menjemput pacarnya dulu yang mau diperkenalkan kepada kami. Alhasil..., yah sendirian lah saya di situ. Akhirnya saya berinisiatif untuk menelfon sahabat saya lainnya yg belum dateng si Brurr Eko; "ya saya sudah di gelap nyawang Brurr, bentar lagi kesitu". "Ok kalo gitu, cepetan ya, tempatnya di taman ganesha seberang kolam". Klik..

Akhirnya ketika sudah sekitar jam setengah enam sore, sahabat-sahabat yang sudah janji akan dateng sudah hampir lengkap. Alhamdulillah juga ada wajah-wajah baru yang sudah cukup lama gak pernah melihat hadir. Acarapun dimulai dan dibuka oleh Ais yang dilanjutkan dengan sedikit pencerahan oleh Amir Fatahillah Pras yg insya Allah penuh makna. Acara inti adalah seperti biasa, menanyakan kabar masing-masing;

"Sedang apa sekarang? Rencana selanjutnya apa?"
"Nikah kapan? Udah punya anak berapa?"
"______..................................?"

Ada juga sahabat, yang saat buka shaum bareng Ramadhan tahun kemarin telah ber-azzam, akhirnya terpenuhi keinginannya sekarang. Selain itu, tidak ketinggalan juga, pengenalan anggota keluarga baru bagi sobat Fata yang memang telah diberi kesempatan dan amanah oleh-Nya. Ya seperti sohib saya yang satu ini, Uzzy yang memperkenalkan pacar barunya.., ups.. istri barunya.., eh salah istrinya maksudna mah, ada juga eche Nisa dengan Aufa yang sdh tidak asing lagi tp sudah lari kesana-kemari sekarang, kemudian Hesti dengan suami dan sang jagoan Lutfi, serta lainnya. Wah,,.. apalagi ya terusnya...??? ga tau euy....

Tapi sayang, seperti Ramadhan tahun sebelumnya saya kebagian mengasuh si fotogenik Aufa lagi pas sesi itu apalagi ditemani si jagoan kecil Lutfi. Dalam kepala,.. "kapan ya saya bermain dengan anak-anak saya sendiri???". Tapi, wah..., gaswat... rupanya mereka pada pedekate ke dua kakak-beradik anak kecil akhwat yg sedang bermain ditangga taman ganesha.. he...he...,
Karena itu Hasilnya bisa ditebak, ga bisa ikut full lagi deh saat berbagi,. Kejadian ramadhan tahun kemarin terulang lagi. Hanya kebagian sisa tawa mereka saja di akhir-akhir ikut merasakan.

Acara kemudian diakhiri dengan buka shaum bersama.

Tapi ada yang masih mengganjal di hati saya. Ya saya masih penasaran sampai waktu setelah selesai sholat Isya saat mau pulang, dengan orang yang datang bareng Rahmi, kira-kira siapa ya? Wah kayaknya adik Rahmi tebak saya, kan emang adik Rahmi, Ulfah suka diajak kalo ada acara Fatahillah.

"Eh,,.. ternyata itu bukan adiknya Rahmi, beliau Umi sobat Fata juga, habis mirip sih". (Saat lg ngobrol bareng eko) yang emang sama-sama juga masih ga ngeh. Maaf ya Umi, soalnya kan emang waktu sharing saya ga ikut full karena lagi mengasuh dua jagoan kecil Fatahillah itu. Itu juga jd tahu, yakin itu Umi karena saat itu Rahmi ngomong waktu Uzzy nanya, yang memang juga kebetulan mau pulang sama pacar barunya itu,. :D suiit....suiiiit....

Sobat-sobat Fata yang hadir:

Ikhwan: Demi, Eko, Fauzi dan sang pacar, Pras, dan Wadi.
Akhwat: Ani, Ais, Egnes, eche Nisa dan Aufa, Hesti dan keluarga, Rahmi, serta Umi.


Akhirnya, semoga semua kenangan itu akan tetap ada dan tertulis di sisi-Nya sebagai kebaikan yang bisa menolong kami saat di hari akhir nanti.


Tidak terasa, ini sudah buka shaum bersama kami yang ke-enam dari total 7 tahun kami telah Kau ikatkan bersama dalam talian bernama 'Silaturahim' keluarga Fatahillah. Terimakasih ya Rabb, engkau telah berikan kami nikmat silaturahim ini.

Semoga pertemuan kami di hari-hari berikutnya akan lebih penuh makna dan mudah2an juga iktan ini tetap terjaga. Moga juga, yang telah ber-azzam saat ini untuk mencapai kehalalan dengan mengharap ridho-Mu, engkau kabulkan. Amiiin......

Sahillah dan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya akan lebih "MERIAH EUY", Insya Allah.


Fatahillah Tempo Doeloe 2


"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada Mu, bertemu untuk taat kepada Mu, bersatu dalam rangka menyeru (di jalan)Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahaya Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepada Mu, hidupkanlah dengan ma’rifah Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong." Amin....


->Ramadhan 15, 1430H

-Untuk Semua Sobat Fata yang sudah Membuat Silaturahim ini Penuh Makna-

Friday 4 September 2009

Islam ala 'Cafetaria'

Ada cerita tentang seorang anak laki-laki, kedua orang tua anak itu selalu mengajarkan kepadanya, bahwa tidak perlu dia memperdalam dan berprestasi dalam agama. Untuk kegiatan beragama, cukuplah dengan sekedar mengikuti atau meniru dari orang secara biasa saja, toh lama-lama juga nanti tau dan bisa. Jadi, belajar agama dengan sungguh-sungguh dianggapnya kurang perlu. Untuk kegiatan ibadah, keduanya mengajarkan, cukuplah yg wajib2nya saja seperti sholat 5 waktu dan shaum ramadhan, yang lain apalagi perkara sunnah, tidak perlulah dipaksakan untuk menjalankannya. Intinya, bekal agama (ibadah) itu asal cukup saja untuk memenuhi 'KEBUTUHAN' sebagai kewajiban makhluk, bukan merupakan 'KEINGINAN' dari makhluk terhadap Rabb-nya.

Akan tetapi, untuk urusan pendidikan umum(dunia) kedua orang tua itu sangat menekankan kepada anaknya untuk mencari dan belajar dengan sungguh-sungguh, serta harus mencapai prestasi yang memuaskan. Tidak heran, oleh karenanya sang anak selalu saja menjadi yang terdepan dan berprestasi mulai dari SD, SMP, SMA, bahkan ketika masuk di perguruan tinggi (Teknik Elektro) yang ada lambang gajah duduknya, sering dikirim mengikuti perlombaan dan juara, serta lulus dengan predikat cum laude. Setelah luluspun, dia diterima bekerja dengan mudah di Telkom Bandung.

Suatu saat, ketika sedang berada di sebuah masjid, sang anak yang sudah menjadi seorang pemuda dewasa ditanyai oleh seseorang. Orang ini sering memperhatikan pemuda tersebut, setiap ia membawakan khutbah jumat di masjid itu dan juga peng-khutbah lain, sering ia mendapati pemuda tersebut terisak-isak. sehingga pada suatu kesempatan, ia langsung bertanya kepada sang pemuda karena iapun sangat kenal terhadap sosok tersebut. Semenjak kuliah, sampai bekerja sekarang pemuda ini tinggal mengontrak di rumah miliknya.

"Wahai anak muda, aku perhatikan setiap kau mendengarkan khutbah jumat di masjid ini, sering kudapati kau meangis terisak-isak. Apa yang menyebabkan hal yang demikian?", Tanya sang Imam masjid.

Pemuda itupun menjawab; "Sungguh aku sangat menyesal karena selama ini telah menyia-nyiakan banyak waktu yang aku miliki. Aku tidak pernah belajar agama dengan benar dan sungguh-sungguh. Aku lebih mengutamakan belajar ilmu yang bersifat duniawi. Ingin rasanya saya berdiri di depan, di atas mimbar untuk berbagi ilmu. Namun, membaca Al-quran saja aku tidak pernah, bahkan tidak bisa. Rasanya ilmu yang saya punya hanya sia-sia. Sungguh saya akan sangat bangga jika bisa berbagi ilmu agama seperti Bapak."

Hidup berislam laksana di 'Cafetaria'. Semua manusia bebas memilih serta menentukan tujuan hidupnya, sesuai kehendak hatinya. Akan tetapi kita mungkin perlu menyimak sebuah hadits (mohon koreksi kalo salah redaksinya) kira-kira sebagai berikut;

Suatu ketika Rasulullah SAW didatangi oleh malaikat Jibril, kemudian Ia mengajukan beberapa pernyataan kepada Muhammad:

"Hai Muhammad, silahkan kamu berbuat sekehendak hatimu. Namun kamu harus ingat akan datang kematian kepadamu".,

Kemudian Jibril berkata lagi:
"Hai Muhammad, Ssilahkan kamu mencintai dengan sebesae-besarnya cinta (dunia). Namun kamu harus ingat, dia ada batasnya di dunia".,

Lalu Jibril berkata lagi:
"Hai Muhammad, silakan kamu berbuat sekehendak hatimu. Namun kamu harus ingat, Allah akan membalasnya nanti".


Umat muslim yang hidupnya ala di 'cafetaria' mungkin mesti mengingat hadits tersebut. Rambu-rambu yang sering terlupakan, hingga kebebasannya berlebihan. Na'udzubillah...

Lalu apakah sebenarnya tujuan hidup manusia di dunia? Tidaklah lain hanya 'KEMATIAN'.

Wallahu a'lam bishowab-

*Just sharing aja, moga saja bermanfaat dan yang penting bisa bikin "FULL" ibadah qita di bulan Justify Fullramadhan ini...

- Ditulis kembali dari khutbah Jum'at masjid Al-Muntsyir-Bandung, 14 Ramadhan 1430 H -