Melanjutkan tulisan saya sebelumnya tentang "Islam ala 'Cafetaria'", tidak diragukan lagi bahwa memang Islam sangat memberi kebebasan terhadap umatnya dalam melakukan sesuatu, termasuk dalam hal ibadah. Sebagai manusia tentunya kita sudah familiar dengan istilah qadha & qadhar; sesuatu yang sudah ditetapkan dari sebelum kita lahir dan ketetapan/kenyataan yang terjada sebenarnya di dunia.
Jika dihubungkan keduanya, maka akan ada korelasi antara tulisan saya sebelumnya "Islam ala 'Cafetaria'" dengan istilah qadha & qadhar. Dalam Islam ala 'Cafetaria', manusia diberi kebebasan untuk menentukan tujuan hidupnya (jalan yang ia akan tempuh) tentunya dengan rambu-rambu tertentu, sedangkan dalam ketetapan qadha dan qadhar juga demikian yaitu untuk ketetapan yang akan terjadi (qadhar) bisa saja berbeda dengan sebelumnya (qadha) tergantung dari manusia yang menerimanya. Perbedaan itu dimungkinkan, karena manusia memiliki akal dan nafsu.
Pada binatang, misalkan saja seekor singa, qodho yang dimilikinya adalah memakan daging, maka ketika dia hidup tidak mungkin dia menjadi vegetarian. Artinya antara qadha dan qadhar-nya sama, tidak berubah. Sedangkan untuk manusia, qadha-nya adalah misalnya harus memakan makanan halal. Akan tetapi pada kenytaannya banyak diantara manusia yang memakan makanan haram. Jadi antara qadha & qadhar bisa saja berubah pada manusia, sedangkan untuk makhluk selain manusia adalah sama (tidak berubah).
Karena qadhar (ketetapan yang belum terjadi) dapat berubah pada manusia, maka ia bisa saja menjadi lebih baik atau buruk. Dan qadhar itu berkaitan erat dengan Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan), karena setiap ketetapan manusia yang berkaitan dengan qadha & qadhar-nya akan direvisi/dievaluasi pada malam itu (kalau gak salah ada ayat atau hadits-nya tapi saya lupa). Saat itulah kesempatan kita untuk memperbaiki ketetapan 'qadhar' kita, yang mudah-mudahan harapannya adalah menjadi lebih baik lagi, bukan sebaliknya. Sesuatu yang dapat merubah takdir kita adalah dengan kekuatan doa, seperti firman-Nya:
Dalam ayat lain juga disebutkan:
Doa yang sering diucapkan tatkala pada malam 10 terakhir Ramadhan, untuk mendapatkan kebaikan dalam 'qadhar' kita selanjutnya;
Jika dihubungkan keduanya, maka akan ada korelasi antara tulisan saya sebelumnya "Islam ala 'Cafetaria'" dengan istilah qadha & qadhar. Dalam Islam ala 'Cafetaria', manusia diberi kebebasan untuk menentukan tujuan hidupnya (jalan yang ia akan tempuh) tentunya dengan rambu-rambu tertentu, sedangkan dalam ketetapan qadha dan qadhar juga demikian yaitu untuk ketetapan yang akan terjadi (qadhar) bisa saja berbeda dengan sebelumnya (qadha) tergantung dari manusia yang menerimanya. Perbedaan itu dimungkinkan, karena manusia memiliki akal dan nafsu.
Pada binatang, misalkan saja seekor singa, qodho yang dimilikinya adalah memakan daging, maka ketika dia hidup tidak mungkin dia menjadi vegetarian. Artinya antara qadha dan qadhar-nya sama, tidak berubah. Sedangkan untuk manusia, qadha-nya adalah misalnya harus memakan makanan halal. Akan tetapi pada kenytaannya banyak diantara manusia yang memakan makanan haram. Jadi antara qadha & qadhar bisa saja berubah pada manusia, sedangkan untuk makhluk selain manusia adalah sama (tidak berubah).
Karena qadhar (ketetapan yang belum terjadi) dapat berubah pada manusia, maka ia bisa saja menjadi lebih baik atau buruk. Dan qadhar itu berkaitan erat dengan Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan), karena setiap ketetapan manusia yang berkaitan dengan qadha & qadhar-nya akan direvisi/dievaluasi pada malam itu (kalau gak salah ada ayat atau hadits-nya tapi saya lupa). Saat itulah kesempatan kita untuk memperbaiki ketetapan 'qadhar' kita, yang mudah-mudahan harapannya adalah menjadi lebih baik lagi, bukan sebaliknya. Sesuatu yang dapat merubah takdir kita adalah dengan kekuatan doa, seperti firman-Nya:
"Dan dialah yang menerima Taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan," (As Syura : 25)
Dalam ayat lain juga disebutkan:
"Berdoalah kepada-Ku(Allah), niscaya akan Aku kabulkan"
Doa yang sering diucapkan tatkala pada malam 10 terakhir Ramadhan, untuk mendapatkan kebaikan dalam 'qadhar' kita selanjutnya;
Sungguh beruntung orang-orang yang berkesempatan waktu untuk melakukan i'tikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan serta beribadah (berdzikir) kepada Allah, karena ribuan malaikat yang dipimpin oleh Ruhul Qudus (malaikat Jibril) akan mendoakan manusia yang beribadah pada malam lailatul qadr.
Mumpung baru hari ke-21, masih ada kesempatan untuk mengharap malam seribu kebaikan dan meningkatkan ibadah kita di akhir Ramadhan.
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Lailatul-Qadar,
2. Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul-Qadar itu?
3. Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan.
4. Pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut);
5. Sejahteralah Malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!
Wallahu a'lam, semoga Allah selalu melimpahkan kebaikan kepada kita,.
-Ramadhan 21, 1430H-